时间:2025-06-05 04:09:11 来源:网络整理 编辑:百科
Warta Ekonomi, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) jatuh terhadap sebagian besar mata uang utama du quickq苹果版下载安装
Dolar Amerika Serikat (AS) jatuh terhadap sebagian besar mata uang utama dunia pada Senin (2/6). Capaian tersebut menghapus kenaikan yang dibukukan pada pekan sebelumnya. Pelemahan ini dipicu kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif terbaru yang dinilai berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mendorong inflasi di AS.
Dilansir dari Reuters, Selasa (3/6), Indeks Dolar (DXY) yang mengukur nilai tukar dolar terhadap mata uang utama lainnya turun 0,6% ke 98,75. Capaian tersebut mendekati level terendah tiga tahun di 97,923 April 2025.
Baca Juga: Harga Emas Kembali Bangkit Usai Melemahnya Dolar dan Naiknya Ketegangan Geopolitik
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memicu pelemahan dolar dengan rencananya melipatgandakan tarif impor baja dan aluminium. Hal ini juga diperparah dengan tuduhannya soal pelanggaran kesepakatan dagang terhadap China.
Beijing tidak terima dengan hal tersebut. Kementerian Perdagangan China menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar dan berjanji akan mengambil tindakan tegas untuk melindungi kepentingan nasionalnya.
Adapun Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent mengungkapkan rencana adanya pembicaraan dalam waktu dekat guna meredakan tensi dagang antara Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Analis Pasar Pepperstone, Michael Brown, mengatakan tekanan jual terhadap dolar terjadi secara luas.
“Setiap kali kekhawatiran tarif muncul kembali, investor langsung beralih ke strategi 'Sell America',” ujarnya.
Pelemahan dolar juga diperburuk oleh data ekonomi yang menunjukkan sektor manufaktur mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut pada Mei. Data tersebut turut mengindikasikan keterlambatan pasokan barang akibat tarif, yang berpotensi memicu kekurangan di AS.
Baca Juga: Dolar Diprediksi Melemah Tajam Selama Musim Panas di Amerika Serikat
Kekhawatiran fiskal turut memperburuk sentimen investor. Tema investasi “Sell America” kini semakin menguat, dengan penurunan tajam pada aset dolar termasuk saham dan obligasi pemerintah dalam beberapa bulan terakhir.
Trump Diam2025-06-05 04:04
Jadwal Ujian SKD dan SKB CPNS Kemenag 2024 Mulai Kapan? Cek Informasinya2025-06-05 04:02
Dokter Jelaskan Bahaya Bayi Prematur Langsung Dimandikan2025-06-05 03:38
Raffi Ahmad Ikut Dipanggil Prabowo ke Kertanegara, Ini Tugas yang Bakal Diemban2025-06-05 02:49
7 Masalah Kesehatan Akibat Paparan Merkuri, Hati2025-06-05 02:44
Menkes Budi Gunadi Sadikin Resmikan Platform SATUSEHAT Logistik, Dukung Industri Kesehatan Digital2025-06-05 02:20
Gapai Kemuliaan Roadshow, Program Dakwah Interaktif dan Inspiratif2025-06-05 02:10
Jangan Kaget, Baleg DPR RI: Pembahasan RUU Perampasan Aset Belum Masuk Agenda Prioritas2025-06-05 01:53
KPK Cecar Kepala BPBD Provinsi Maluku Terkait Dugaan Korupsi Pembangunan Shelter Tsunami2025-06-05 01:46
Turis China Ngemis di Thailand, Dapat Rp4 Juta dalam Sehari2025-06-05 01:38
Kisah Pilu Orang Tua Ikut Kuliah Perdana Gantikan Anak yang Meninggal2025-06-05 03:51
BYD Saling Tuduh2025-06-05 03:25
Nadiem Serahkan Jabatan ke 3 Menteri Baru, Minta Lanjutkan Kurikulum Merdeka2025-06-05 03:21
AIA Umumkan Pemenang Kompetisi AIA Healthiest Schools 20252025-06-05 03:18
8 Tips Berenang buat Usir Perut Buncit, Gaya Ini Bisa Turunkan BB2025-06-05 03:11
Dior Bakal Susul Louis Vuitton Gelar Show di Hong Kong2025-06-05 03:05
Ekonom INDEF Sebut APBN RI Bisa Boncos Rp 1.100 Triliun, Kabinet Prabowo Bisa Apa?2025-06-05 02:27
Gus Miftah Dapat Tugas Bidang Toleransi di Kabinet Prabowo Subianto2025-06-05 02:25
FOTO: Menyusup Kesunyian Ruang2025-06-05 01:41
400 Puskesmas di Daerah Terpencil Belum Punya Dokter Umum, Ini Kata Kemenkes2025-06-05 01:36